Alhamdulillah....
Semuanya diberi kemudahan olehMu. Terima kasih ya Yang Maha Pengatur. Kau tumbuhkan satu harapan baru untuk kehidupan baru. Semoga dia menjadi manusia bermanfaat bagi dirinya, keluarganya, agama, dan bangsanya. Semoga kesehatan selalu menyertaimu.
Blog ini dibuat utamanya untuk interaksi dengan siswa SMA 1 Barunawati dalam kegiatan belajar mengajar.
Rabu, 07 April 2010
Kamis, 04 Februari 2010
Kita hidup bermasyarakat dengan berbagai macam karakter orang disekitar kita. Ada penilaian yang dilontarkan orang-orang tadi baik yang memuji atau sebaliknya terhadap kita. Penilaian orang memang bisa subjektif. Namun juga bisa menjadi objektif jika ada parameter yang objektif yang digunakan untuk menilai kita. Kurang baik jika penilaian itu berasal dari diri kita sendiri karena pada dasarnya ego kita selalu ingin menyatakan hal yang baik-baik dari diri kita. Berat rasanya jika kita harus mengakui kekurangan kita di depan orang banyak. Jadi, dalam hidup biarkan orang lain yang menilai kita. Demikian juga pemimpin negara kita. Alangkah bijaksana jika membiarkan penilaian berasal dari masyarakat, bukan berdasarkan penilaian pribadi terhadap kinerja sendiri.
Selasa, 02 Februari 2010
Pembaca yang budiman....
Saya sering menonton acara reality show " Minta Tolong" di salah satu stasiun televisi swasta kita. Saya perhatikan, para penolong yang mendapat hadiah, mereka kebanyakan melakukan syujud syukur dan pulang ke tempat tinggal segera setelah menerima hadiah. kadang jualan mereka tinggalkan begitu saja. Pola yang demikian menimbulkan pertanyaan di hati saya, apakah makna dari pola perilaku demikian? Ada yang bisa jelaskan gak untuk saya? Tks.
Saya sering menonton acara reality show " Minta Tolong" di salah satu stasiun televisi swasta kita. Saya perhatikan, para penolong yang mendapat hadiah, mereka kebanyakan melakukan syujud syukur dan pulang ke tempat tinggal segera setelah menerima hadiah. kadang jualan mereka tinggalkan begitu saja. Pola yang demikian menimbulkan pertanyaan di hati saya, apakah makna dari pola perilaku demikian? Ada yang bisa jelaskan gak untuk saya? Tks.
Ironis.... Mungkin kata itu yang tepat melihat kondisi rakyat Indonesia dibandingkan kehidupan para pejabatnya. Para pejabat yang karena jabatannya mereka berhak mendapat berbagai fasilitas. Mulai gratis menggunakan fasilitas telepon, listrik, mobil dinas serta berbagai tunjangan lain. Jika menggunakan standar hidup sederhana masyarakat kebanyakan, semua itu tentu lebih dari cukup. Belum hal-hal lain yang kalau ditulis satu per satu mungkin harus membuat dua posting di halaman ini. Jika ada kenaikan gaji bagi mereka, tentu hal itu akan melukai hati rakyat yang masih berjuang keras untuk meneruskan kehidupannya. Di sisi lain, masih banyak warga masyarakat yang untuk makan saja mereka masih berpikir " makan apa?" bukan " makan di mana?" Masih banyak warga ketika mereka mendapat rezeki tak terduga yang jumlahnya ratusan ribu atau beberapa juta, mereka bersujud seketika disertai derasnya air mata bahagia. Jika gap terlalu jauh antara kehidupan pejabat dengan dengan rakyat kebanyakan, saya khawatir timbul cemburu sosial yang tinggi yang pada akhirnya bisa menjadi ledakan emosi yang tak terkontrol. Moga-moga bangsa ini selalu mendapat bimbingan dan ampunanNya. Amin
Selasa, 12 Januari 2010
Tiga hal bagi sebagian besar kaum pria dalam hidupnya selalu membuat deg-degan. Setidaknya yang saya rasakan. Pertama adalah saat sebelum khitan. Berbagai perasaan berkecamuk. Bayangkan, ada bagian dari tubuh kita yang akan dipotong. Lokasinya di bagian yang sangat vital. Bagaimana kalau petugasnya gagal melaksanakan tugas? Bagaimana kalau tiba-tiba ada bencana saat sedang prosesi? Dan pertanyaan-pertanyaan lain yang tak kalah mengkhawatirkan. Ternyata setelah melewati prosesi khitan itu, kok tidak seperti yang terbayang selama ini. Semuanya baik- baik dan lancar-lancar saja.
Hal berikutnya adalah saat mengucapkan janji pernikahan dan prosesi pernikahan secara keseluruhan. Persiapan yang dilakukan jauh-jauh hari dengan segala daya, seandainya gagal atau ada yang menggagalkan. Wah, gak tahu harus berbuat apa. Selain itu, saat mengucapkan janji pernikahan tak kalah mengkhawatirkan. Melihat beberapa peristiwa calon pengantin pria harus mengulang beberapa kali sampai dianggap sah. Atau yang lebih mengerikan dari itu.
Berikutnya adalah kematian. Kita semua memang hanya mendengar dari doktrin agama tentang kematian. Bahwa setelah ruh meninggalkan jasad lalu dikubur maka di alam kubur akan ada interogasi dari sang malaikat, dan seterusnya. Jika amal kebaikan lebih banyak dari amal keburukan maka kita termasuk orang yang beruntung. Kita memang tidak tahu kapan kematian akan menjemput kita. Namun itu pasti terjadi. Maka yang dapat kita lakukan adalah memperbanyak amal kebaikan.
Hal berikutnya adalah saat mengucapkan janji pernikahan dan prosesi pernikahan secara keseluruhan. Persiapan yang dilakukan jauh-jauh hari dengan segala daya, seandainya gagal atau ada yang menggagalkan. Wah, gak tahu harus berbuat apa. Selain itu, saat mengucapkan janji pernikahan tak kalah mengkhawatirkan. Melihat beberapa peristiwa calon pengantin pria harus mengulang beberapa kali sampai dianggap sah. Atau yang lebih mengerikan dari itu.
Berikutnya adalah kematian. Kita semua memang hanya mendengar dari doktrin agama tentang kematian. Bahwa setelah ruh meninggalkan jasad lalu dikubur maka di alam kubur akan ada interogasi dari sang malaikat, dan seterusnya. Jika amal kebaikan lebih banyak dari amal keburukan maka kita termasuk orang yang beruntung. Kita memang tidak tahu kapan kematian akan menjemput kita. Namun itu pasti terjadi. Maka yang dapat kita lakukan adalah memperbanyak amal kebaikan.
Langganan:
Komentar (Atom)