Kamis, 04 Februari 2010

Kita hidup bermasyarakat dengan berbagai macam karakter orang disekitar kita.  Ada penilaian yang dilontarkan orang-orang tadi baik yang memuji atau sebaliknya terhadap kita. Penilaian orang memang bisa subjektif. Namun juga bisa menjadi objektif jika ada parameter yang objektif yang digunakan untuk menilai kita. Kurang baik jika penilaian itu berasal dari diri kita sendiri karena pada dasarnya ego kita selalu ingin menyatakan hal yang baik-baik dari diri kita. Berat rasanya jika kita harus mengakui kekurangan kita di depan orang banyak. Jadi, dalam hidup biarkan orang lain yang menilai kita. Demikian juga pemimpin negara kita. Alangkah bijaksana jika membiarkan penilaian berasal dari masyarakat, bukan berdasarkan penilaian pribadi terhadap kinerja sendiri.

Selasa, 02 Februari 2010

Pembaca yang budiman....
Saya sering menonton acara reality show " Minta Tolong" di salah satu stasiun televisi swasta kita. Saya perhatikan, para penolong yang mendapat hadiah, mereka kebanyakan melakukan syujud syukur dan pulang ke tempat tinggal segera setelah menerima hadiah. kadang jualan mereka tinggalkan begitu saja. Pola yang demikian menimbulkan pertanyaan di hati saya, apakah makna dari pola perilaku demikian? Ada yang bisa jelaskan gak untuk saya? Tks.
Ironis.... Mungkin kata itu yang tepat melihat kondisi rakyat Indonesia dibandingkan kehidupan para pejabatnya. Para pejabat yang karena jabatannya mereka berhak mendapat berbagai fasilitas. Mulai gratis menggunakan fasilitas telepon, listrik, mobil dinas serta berbagai tunjangan lain. Jika menggunakan standar hidup sederhana masyarakat kebanyakan, semua itu tentu lebih dari cukup. Belum hal-hal lain yang kalau ditulis satu per satu mungkin harus membuat dua posting di halaman ini. Jika ada kenaikan gaji bagi mereka, tentu hal itu akan melukai hati rakyat yang masih berjuang keras untuk meneruskan kehidupannya. Di sisi lain, masih banyak warga masyarakat yang untuk makan saja mereka masih berpikir " makan apa?" bukan " makan di mana?" Masih banyak warga ketika mereka mendapat rezeki tak terduga yang jumlahnya ratusan ribu atau beberapa juta, mereka bersujud seketika disertai derasnya air mata bahagia. Jika gap terlalu jauh antara kehidupan pejabat dengan dengan rakyat kebanyakan, saya khawatir timbul cemburu sosial yang tinggi yang pada akhirnya bisa menjadi ledakan emosi yang tak terkontrol. Moga-moga bangsa ini selalu mendapat bimbingan dan ampunanNya. Amin